Naskah Panji Laras Liris


PADA ZAMAN DAHULU KALA DI KADIPATEN LAMONGAN TERDAPAT ADIPATI YANG SANGAT BERWIBAWA DAN TANGGUH BERNAMA RADEN PANJI PUSPA KUSUMA. DAERAH YANG DIPIMPINNYA SANGAT SUBUR DAN MAKMUR, RAKYATNYA PUN SANGAT RAMAH. RADEN PANJI PUSPA KUSUMA JUGA TERKENAL MEMPUNYAI PUTRA KEMBAR YANG SANGAT RUPAWAN DAN MEMPESONA, MEREKA ADALAH PANJI LARAS DAN PANJI LIRIS…

Panji puspa masuk panggung dan duduk sambil bersantai. Tidak lama kemudian panji laras dan panji liris datang menghampiri ayahanda
Panji laras : “Romo, kami rasa kami telah cukup matang dalam hal keprajuritan dan agama. Perkenankanlah kami untuk mengembara ke daerah-daerah kekuasaan lain.” (dengan tunduk dan sopan)
Raden Panji Puspa Kusuma itu tersenyum berwibawa. Garis-garis diwajahnya tampak semakin jelas menandakan umurnya telah lanjut tapi di sana masih terlihat semangatnya seperti seorang pemuda belasan tahun.
Panji puspa : “Romo sangat bangga kepada kalian berdua, Anakku. Kalian telah belajar ilmu agama dan ilmu keprajuritan dengan sangat baik. Benar apa kata kalian, kalian harus pergi ke kerajaan-kerajaan tetangga untuk memperdalam ilmu kalian dan jangan lupa untuk selalu menolong kepada siapa saja yang membutuhkan. Dadio anak seng bekti marang wong tuo lan negoro”.
Panji liris : “Perintah romo akan kami laksanakan. Perkenankan kami undur diri dari hadapan romo.”
Panji laras dan panji liris keluar panggung, kemudian disusul dengan panji puspa sehingga panggung kosong.

BERANGKATLAH PANJI LARAS DAN PANJI LIRIS MENGUNJUNGI  DI SETIAP DAERAH. HINGGA MEREKA TIBA DI SEBUAH DAERAH YANG DIPIMPIN OLEH KI AGENG WIROSOBO.

Ki ageng : “Mari pangeran kita masuk ke dalam, kami sengaja menyiapkan jamuan untuk menyambut kedatangan kalian. (mempersilahkan rombongan panji laras liris dengan hormat dan menyuguhkan makanan yang telah disiapkannya) Wedang sangat baik untuk tubuh. Dapat menghangatkan tubuh serta mengurangi rasa letih apalagi kalian baru saja melakukan perjalanan jauh. Kalian sebaiknya beristirahat dulu di istana. Perjalanan kalian pasti sangat melelahkan.”
Panji liris : “Maaf, Ki. Bukan maksud kami untuk menolak tapi kami harus melanjutkan perjalanan. Masih banyak daerah-daerah yang belum kami datangi.”
Ki ageng : “(dengan memaksa) Istirahatlah barang sejenak. Tidak menginap pun tidak masalah asalkan kalian mau beristirahat di sini.”
Panji laras : “Baiklah, Ki. Jika itu kehendak Ki Ageng kami akan beristirahat di sini”.
Kemudian ki ageng beranjak dari tempatnya. Tidak lama dewi andansari dan dewi andanwangi mengintip dari samping dan tertawa terpesona melihat panji laras liris sedang menahan ngantuk
Panji laras : “(mendengar suara perempuan tertawa lalu melihatnya) Siapa kalian?!”
Dewi andansari : “Saya Dewi Andansari dan ini adik saya Dewi Andanwangi. Kami putri dari Adipati Wirosobo. Maaf kami telah mengganggu istirahat kisanak. (dengan sopan dan sedikit bersalah)
Panji laras : “Maafkan kelancangan kami. Kami tidak bermaksud kasar kepada Diajeng berdua. Kami hanya kaget dengar tertawa Diajeng. Kami tidak tahu kedatangan Diajeng kemari.”
Dewi andansari : “(menyesal) Kami yang salah karena sengaja menertawakan kisanak berdua yang sedang menahan kantuk. Maafkan kami.”
Panji liris : “Sudahlah, Diajeng tidak salah. Sekarang ada apa Diajeng berdua kemari. Apa ada yang bisa kami bantu?”
Dewi andansari : “Kami tadi hanya kebetulan lewat sini. Dan melihat kisanak berdua sedang terkantu-kantuk membuat kami berhenti melangkah. Permisi, kami harus pergi.”
Dewi andansari dan andanwangi beranjak meninggalkan panji laras liris, kemudian panji laras liris tidak lama juga meninggalkan panggung.

(seseorang lewat membawa kertas bertulis “KEESOKAN HARINYA”)

Ki ageng berada di panggung kemudian panji laras liris datang ingin pamit melanjutkan perjalanannya
Panji laras : “Terima kasih, Ki. Ki Ageng telah mengijinkan kami beristirahat di istana. Kami sangat berterima kasih.”
Ki ageng : “Sama-sama, Anakku. Semoga kalian berdua bisa menjadi seorang adipati yang hebat. Salam kepada ayahanda kalian. Semoga silaturahmi ini tetap terjalin.”
Panji laras liris pergi meninggalkan ki ageng, lalu dewi andansari dan andanwangi masuk panggung dengan gelisah. Ki ageng melihat putrinya dan bertanya
Ki ageng : “Nduk, Apa yang menjadi menyebab kalian berdua seperti ini. Apa yang kalian pikirkan, Anakku? Ceritalah, Anakku. Romo tidak ingin kalian berdua jatuh sakit jika setiap hari kalian tidak ada nafsu makan dan susah tidur.” (bertanya dengan sabar)
Dewi andansari : “Romo, maafkanlah kami. Tidak sepatutnya dinda seperti ini. Kami berdua telah jatuh cinta kepada Pangeran Panji Laras dan Panji Liris. Pangeran tersebut sudah membuat kami terus memikirkannya. Dan terasa rindu jika tidak bertemu. (sambil menunduk keduanya) Romo, datanglah ke kadipaten Lamongan untuk melamar Panji Laras dan Panji Liris untuk kami. Kami sangat mencintainya, Romo.”
Ki ageng : “baiklah nduk romo akan mengirimkan surat pada adipati panji puspa”

“Seseorang lewat membawa tulisan (LAMONGAN)”

Panji puspa memasuki panggung dan memanggil desua putranya
Panji puspa : “Anakku, romo telah menerima surat dari Ki Ageng Wirosobo mengenai lamaran untuk kedua putrinya. Apa kalian berdua bersedia menikah dengan Dewi Andanwangi dan Andansari?”
Panji laras : “Tapi Romo, bukankah kedua putri Kediri itu belum menganut agama islam? Apakah nantinya tidak menimbulkan masalah dikemudian hari?”
Panji liris : “Iya Romo. Kangmas Laras benar. Apa tidak sebaiknya kita menolak lamaran tersebut? Kami juga masih ingin membujang.”
Panji puspa : “Tapi kita harus menghormati maksud baik Ki Ageng Wirosobo yaitu untuk menjalin tali persaudaraan dengan Lamongan. Tapi baiklah kalau begitu kita ajukan syarat saja sebelum perkawinan itu terlaksana.”
Panji laras : “Syarat apa, Romo?”
Panji puspa : “Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi harus membawa dua genuk yang terbuat dari sela cendhani dan diisi air hingga penuh. Juga harus membawa dua kipas yang terbuat dari sela cendhani juga. Dan mereka harus membawanya sendiri. Syarat-syarat tersebut adalah symbol agar mereka mau masuk islam, Anakku. Genuk yang berarti padasan dan kipas adalah sajadah.”

KEDUA PUTRA PANJI PUSPA MENYETUJUI ISYARAT DARI AYAHANDANYA. BEBERAPA HARI KEMUDIAN KI AGENG WIROSOBO MENERIMA SURAT DARI PANJI PUSPA DAN SEGERA BERSIAP-SIAP MENEMPUH PERJALANAN DARI KEDIRI KE LAMONGAN. NAMUN SETELAH LAMA MENUNGGU DI PERBATASAN, UTUSAN DARI LAMONGAN TAK KUNJUNG DATANG SEHINGGA MEMBUAT DEWI ANDANSARI DAN DEWI ANDANWANGI TIDAK SABAR MENUNGGU DAN INGIN BERTEMU DENGAN CALON SUAMINYA. DI UJUNG SEBRANG TERLIDAT SAMAR-SAMAR BAYANGAN SEPERTI PANJI LARAS DAN PANJI LIRIS. DENGAN BEGITU DEWI ANDANSARI DAN DEWI ANDANWANGI BERJALAN MENYEBRANGI SUNGAI DENGAN PENGAWALNYA.

Pengawal 1: “Putri, bagaimana kita dapat menyebrang sungai ini? Lihatlah, airnya penuh. Nanti bisa-bisa kita semua tenggelam kalau nekat untuk menyebrang.”
Dewi andansari : “Kalian semua jangan takut, bukankah sungai Lamong adalah sungai yang dangkal? Kita akan tetap menyebrang melewati sungai dengan berjalan pelan-pelan. Ayo, Dinda. Kita akan segera bertemu dengan calon suami kita.”
Dewi andanwangi : “Yunda, sungainya semakin dalam. Bagaimana ini? Pakaian kita pasti basah akan semua.”

DI PERTENGAHAN JALAN PANJI LARAS DAN PANJI LIRIS MELIHAT DEWI ANDANSARI DAN DEWI ANDANWANGI BERJALAN DENGAN MENGANGKAT BAWAHANNYA AGAK TINGGI.

Panji liris : “Kangmas,,lihatlah kedua betis mereka, apa aku tidak salah lihat?”
Panji laras : “Ayo pergi Dimas, kita batal kawin. Kangmas tidak mau mempunyai istri seperti mereka. Mereka memang cantik tapi kedua betisnya penuh dengan bulu lebat dan panjang.”
Panji liris : “Nggilani tenan, Kangmas. Dimas juga tidak mau menikah dengan mereka.”

TIDAK SENGAJA DEWI ANDANSARI DAN DEWI ANDANWANGI MENDENGAR PERCAKAPAN MEREKA DAN SEDIKIT TERSINGGUNG.

Dewi andanwangi : “Saya tidak terima diperlakukan seperti ini, Yunda. Mereka sangat keterlaluan dan tidak menghormati niat baik kita. Mereka malah lari dan membatalkan lamaran ini.”
Dewi andansari : “Ya, Dinda. Kita harus membuat perhitungan dengan mereka. Biar mereka sadar atas ulah mereka menghina kaum wanita. Pengawal, kejar mereka!!!”
Dewi andansari : “Serang….!!!!!”

TERJADILAH PERANG ANTARA PASUKAN KEDIRI DAN PASUKAN LAMONGAN YANG MENGAKIBATKAN PANJI LARAS DAN PANJI LIRIS TERBUNUH BESERTA PENGAWAL-PENGAWALNYA DALAM PEPERANGAN TERSEBUT.

Panji puspa : (teriak di belakang panggung) “Putra-putraku Lamongan…..jangan ada yang menikah dengan putri Kediri jika tidak ingin celaka!!!”

TAMAT




Komentar